Pages

Ads 468x60px

Bulan Telah Punah




      Suatu pagi di hari sabtu pada tanggal 1 November 2014, seorang ibu membangunkan keluarganya untuk sholat subuh pada pukul 03.58 WIB. Lekas semua keluarganya berangkat ke Masjid dekat rumahnya untuk menunaikan sholat subuh berjama’ah dengan para warga. Setelah sholat subuh, sang ibu segera mempersiapkan sarapan untuk sang anak yang akan berangkat sekolah. Sang anak sangat bahagia dengan sarapan yang dibuat oleh sang ibu, yaitu berupa nasi goreng berisi ceceran ayam goreng dengan telur goreng yang rasa asinnya pas dan sangat menggugah selera. 

            Lekaslah sang anak berangkat sekolah dan sang ibu mulai membersihkan seisi rumah. Di sisi lain, sang ayah membaca koran pagi ditemani segelas jeruk hangat racikan istrinya. Sang ayah membuka lembar demi lembar koran dan berhenti di satu topik, satu halaman, dan satu berita. Berita tersebut memang kurang populer dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun berita tersebut sangat bermakna terhadap kelanjutan kehidupan di Bumi ini. Berita tersebut berisi bahwa perputaran Bulan terhadap Bumi makin lama semakin menjauh dikarenakan kemampuan gravitasi Bumi yang dapat menarik Bulan, semakin lama semakin menurun. Kemampuan tarikan gravitasi Bumi semakin menurun disebabkan oleh alam semesta ini dengan berjalannya waktu semakin mekar dan melebar. 


              Hal tersebut menyebabkan jarak antara Bulan dan Bumi semakin menjauh. Dalam ilmu Fisika, gravitasi Bumi dipengaruhi oleh jarak antara Bumi dengan Bulan yang mana semakin jauh jarak antara Bumi dengan Bulan, maka gravitasi akan menurun. Secara eksperimen, para ilmuwan telah membuktikan bahwa revolusi Bulan terhadap Bumi semakin lama semakin menjauh. Eksperimennya, dengan menggunakan efek Doppler gelombang cahaya matahari dan pergeseran merah Bulan. Dan dalam berita koran pagi tersebut disebutkan bahwa kira – kira dalam waktu sekitar lima puluh tahun lagi, Bulan akan terlepas dari jangkauan gravitasi Bumi. Disebutkan juga, jika Bulan sudah lepas dari gravitasi Bumi, Bulan mungkin melayang keluar tata surya atau hancur menabrak planet tetangga. Berarti jika peristiwa tersebut terjadi, maka kehidupan di Bumi akan kacau.

            7 Desember 2065, Indonesia baru – baru ini mengangkat statusnya dari negara berkembang menjadi negara industri pada tanggal 25 November 2065. Seluruh warga Indonesia bersuka cita atas pencapaian tersebut, terutama di kota Yogyakarta yang mengadakan pawai syukuran atas pencapaian tersebut di jalanan Malioboro dan lapangan alun – alun Kraton Yogyakarta. Beragam tradisi seperti pencak silat, gunungan, dan lain – lain menghiasi pawai di kota Yogyakarta tersebut. Pesta rakyat tersebut digelar hingga pukul 23.00 WIB. Namun, saat pesta rakyat tersebut telah usai dan para simpatisan pulang menuju rumah masing – masing, Bulan purnama pada saat itu bergerak – gerak dan bergejolak agak cepat dan hilang entah kemana. Suasana malam tersebut sangat mengerikan dan gelap gulita. Bulan purnama yang tadi terlihat, hilang dengan tiba – tiba digantikan oleh kegelapan langit malam. 

             Dan yang seharusnya matahari terbit sekitar enam jam lagi, ternyata sekitar tiga jam kemudian matahari terbit dengan polosnya. Banyak warga yang berteriak dan bertanya – tanya, “Apa yang sebenarnya terjadi?”. Disisi lain dalam berita darurat milik negara Indonesia di televisi, peristiwa alam Bulan yang hilang tersebut sudah diperkirakan dari lima puluh satu tahun yang lalu. Sebenarnya Bulan tersebut tidak hilang, melainkan pergi meninggalkan Bumi akibat gaya gravitasi Bumi yang menurun. Hampir seluruh kehidupan di Bumi menjadi kacau, karena dengan tidak adanya Bulan menyebabkan siklus hidup terganggu. Perginya Bulan mengakibatkan kecepatan rotasi Bumi semakin cepat dan gravitasi Bumi menjadi kacau. Akibat kecepatan rotasi Bumi yang semakin cepat, waktu jadwal makhluk hidup mendapatkan sinar matahari dan respirasi saat malam menjadi kacau. Dalam berita tersebut, pihak ISO (International Space Operation) akan segera mengembalikan Bulan dengan cara apapun ke Bumi. Namun sepuluh jam dari berita tersebut tersiar, seluruh warga dunia mendapatkan berita terbaru bahwa Bulan sudah menabrak matahari dan hancur. Kondisi matahari tidak   apa – apa, namun satu – satunya satelit bumi sudah hancur dan belum ada penggantinya.

            Lalu, IDF (International Defend Foundation) mengadakan rapat khusus bersama ISO untuk berunding mengenai gejala alam yang baru pertama kali ini terjadi dan mencari solusinya. Solusi dari rapat tersebut adalah mencari benda angkasa yang memiliki ukuran dan massa yang sama seperti Bulan karena yang dibutuhkan dalam normalisasi gejala alam ini adalah menggantikan Bulan. Namun, roket luar angkasa di markas pusat ISO rusak berat akibat anomali gravitasi Bumi di daerah markas besar ISO. Lalu, ISO mengajukan roket dari negara yang habis merdeka yaitu Tisusia dan roket dari Indonesia untuk misi pencarian tersebut dikarenakan tempat penyimpanan roket mereka berada di bawah tanah, tidak seperti ISO yang menyimpan roketnya dalam gedung besar. Dan akhirnya Presiden Tisusia dan Presiden Indonesia menyetujuinya dengan syarat harus dibantu ISO sebagai navigasinya, dan pihak ISO pun setuju. Persiapan kedua tim tersebut, masing - masing berada di Bonsil, Tisusia dan Yogyakarta, Indonesia.

            Disisi lain, pihak ISO mulai mencari dan mendeteksi manakah yang cocok sebagai pengganti Bulan nantinya. Ada usulan dari pengamat luar angkasa Indonesia untuk mengambil satelit alam planet Yupiter, yaitu IO. Alasannya ialah ukuran dan massa IO hampir sama dengan Bulan. Namun hal tersebut ditolak secara halus dari pihak ISO dengan alasan dapat mempengaruhi sistem kerja planet Yupiter dan tata surya. Dalam penjelasannya, menyebutkan bahwa planet Yupiter memiliki enam puluh tujuh buah satelit alam termasuk IO dan semua itu bekerja sesuai kebutuhan Yupiter yang merupakan planet raksasa dan planet terbesar se-tata surya. Pihaknya melanjutkan bahwa diambilnya salah satu satelit alam planet Yupiter mengakibatkan anomali gravitasi di Yupiter sama persis yang terjadi di Bumi saat ini. Jika anomali tersebut terjadi, mungkin antar satelit alam di Yupiter saling bertabrakan dan hancur. Hal tersebut dapat berpotensi pula dengan kegiatan Yupiter mengitari matahari, dan memungkinkan Yupiter bertabrakan dengan planet di dekatnya.

            Setelah beberapa jam tanpa ada satupun manusia yang tidur, pihak ISO menemukan benda angkasa yang cocok sebagai pengganti Bulan yang berada diluar tata surya, tepatnya berjarak ± 215 juta tahun cahaya dari Bumi. Benda angkasa itu berupa planet yang bernama Kepler 37b. Pihak ISO memilihnya dikarenakan bentuk, ukuran, dan massanya hampir sama seperti Bulan. Sebelum tim dari Indonesia dan Tisusia pergi kesana, pihak ISO memberangkatkan modul Orion yang berada dalam roket kecil yang merupakan satu satunya roket yang tidak rusak akibat anomali gravitasi. Dalam modul Orion tersebut, berisi robot khusus pengintai, perekam, dan penganalisis. Robot tersebut berfungsi untuk melihat dan menganalisan keadaan planet Kepler 37b dan kondisi jalan menuju ke planet tersebut. Modul Orion pertamakali sukses uji cobanya pada bulan April tahun 2020 menuju ke planet Mars. 9 Desember 2065, ISO meluncurkan modul Orion menuju planet Kepler 37b. Memang jika orang awam meragukan apakah Orion bisa sampai planet kepler 37b karena jarak 215 juta tahun cahaya itu sangatlah jauh. Maksud dari 215 juta tahun cahaya adalah kemampuan cahaya dapat sampai ke tujuan tertentu dengan waktu yang dibutuhkan 215 juta tahun. Tetapi pihak ISO dapat mematahkan keraguan tersebut dengan di deteksinya lubang cacing yang dapat meringkas perjalanan dari 215 juta tahun cahaya menjadi satu jam dalam waktu bumi. Dalam peluncurannya, saat roket telah mulai mengorbit, modul Orion keluar dari roket lalu pergi menuju arah lubang cacing. Sedangkan roketnya melayang – layang di luar angkasa.

            Dalam perjalannya, Orion sangat stabil dan tidak ada kekacauan sama sekali. Orion bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan suara sehingga perjalanan Bumi ke Yupiter dapat ditempuh beberapa jam saja. Namun saat tiba di medan Asteroid yang terletak antara planet Yupiter dan planet Mars, modul Orion dihantam Asteroid hingga meledak. Misi pengintaian ISO pun gagal. ISO pun memberitahukan pemerintah Tisusia dan Indonesia atas gagalnya misi pengintaian tersebut. Para ilmuwan dunia menyampaikan aspirasinya lewat surat kabar bahwa jika tak segera diatasi, anomali gravitasi bumi makin melebar dan parah. Selang beberapa jam kemudian, telah terpilih tim astronot dari Negara Tisusia maupun Negara Indonesia. Dari negara Tisusia, yang terpilih adalah Sytev Oleg dan Krakov Kalov. Dan dari Indonesia terpilih Rifqi Aziz dan Al Ghifari. Rencananya dari masing masing roket, mereka akan berangkat besok dengan selang waktu beberapa jam. Negara Tisusia menggunakan roket Soyuz yang sudah diperbarui dan di modifikasi dan berbahan bakar Hidrogen Kriogenik dan Oksigen cair. Sedangkan Indonesia menggunakan roket bermesin RS-25 yang menggunakan bahan bakar yang sama dengan roket milik Tisusia.

            10 Desember 2065, perwakilan Negara Tisusia berangkat terlebih dahulu pada pukul 06.00 waktu Bonsil, lalu disusul perwakilan Negara Indonesia yang berangkat pada pukul 19.00 WIB. Setelah mengorbit di luar angkasa, roket Indonesia bergerak menuju lubang cacing didekat planet Yupiter dengan kecepatan penuh. Baik roket Indonesia dan roket Tisusia memiliki kecepatan yang sama dengan modul Orion yang sudah diluncurkan kemarin. Dalam waktu beberapa jam, roket Indonesia telah sampai di medan Asteroid antara planet Mars dengan planet Yupiter yang mana disanalah titik kehancuran Modul Orion. Saat disitulah, Aziz dan Al mengalami rasa tegang dengan terus berdoa dan meminta perlindungan Tuhan supaya tidak dihantam Asteroid. Al dan Aziz berdoa bersama kepada Allah SWT agar diberi keselamatan dan mulai bekerja sama agar terhindar dari hantaman Asteroid. “Ziz, persediaan bahan bakar dan Oksigen untuk bernafas tinggal berapa? Dan bagaimana keadaan roket?” kata Al. “Masih cukup untuk lima bulan kedepan dan keadaan roket hanya bagian kulit roket yang habis bergesekan dengan Asteroid. Masih OK kok,” jawab Aziz. Mereka pun sudah hampir selesai melewati medan Asteroid tersebut. Dan akhirnya mereka keluar juga dari medan Asteroid yang berbahaya tersebut. Tetapi kesenangan tersebut terampas begitu saja. Bagian salah satu roket pendorong mati akibat terhantam Asteroid kecil. Sekarang roket pendorong yang tersisa hanya tiga buah, dan perjalanan pun berlanjut.

            Tiga jam kemudian, roket milik Indonesia telah sampai didaerah sekitar planet Yupiter dan segera menuju lubang cacing yang berada didekat planet Yupiter. Akhirnya mereka tiba di lubang cacing tersebut dan segeralah mereka memasukinya. Didalam lubang cacing, suasana di sekitarnya bagaikan efek cahaya lampu abstrak yang penuh dengan warna. Karena waktu yang diperlukan untuk menembus lubang cacing ke akhir tujuan sekitar sepuluh menit, akhirnya Al dan Aziz saling bercakap – cakap. “Ziz, kira – kira cahaya yang bentuknya seperti lukisan abstrak dan bergerak cepat tanpa henti itu apa ya?” tanya Al. “Itu adalah gejala alami hasil kontraksi antara dimensi ruang dan dimensi waktu dimana cahaya matahari yang masuk terpengaruh kontraksi dimensi ruang dan waktu,” jelas Aziz. “Oh, begitu,” ungkap Al. Akhirnya mereka keluar dari lubang  cacing tersebut dan segera menuju planet Kepler 37b. Perjalanan dari lubang cacing ke planet Kepler 37b membutuhkan waktu sekitar satu jam. 

             Dalam perjalanan, Al & Aziz melihat bermacam – macam planet dan bintang yang indah dan berwarna - warni . Tetapi mereka terkejut akan sesuatu yang mereka lihat sekitar timur laut dari posisi mereka sekarang. “Apakah itu.......,” ungkap Al dengan ketidakpercayaan atas apa yang ia lihat. “Iya,” jawab Aziz. Dan ternyata yang mereka lihat adalah puing – puing roket Soyuz milik Tisusia yang hancur tanpa sebab. Padahal didaerah itu tidak ada Komet, Meteor, dan benda angkasa lain yang bergerak cepat. “Segera laporkan ke pangkalan pusat atas hancurnya roket milik Tisusia itu!” perintah Aziz. “Baik,” jawab Al. Beberapa menit kemudian setelah mengirimkan berita duka tersebut, pangkalan pusat menjawab Al dan Aziz bahwa mereka harus menyelesaikan misinya dan kehancuran roket Soyuz tersebut sedang diselidiki. Lalu, Aziz dan Al melanjutkan perjalanan mereka menuju planet Kepler 37b. Dan akhirnya mereka tiba di planet Kepler 37b dan mendarat dengan selamat. Setelah mendarat, mereka menelpon pangkalan pusat dan menanyakan apa yang harus mereka lakukan. Mereka mendarat di sisi depan planet Kepler 37b yang mana sisi tersebut adalah sisi planet yang menghadap langsung kepada lubang cacing. 

            Dan pangkalan pusat menjawab bahwa mereka harus membawa lima puluh buah bom atom berbentuk pil yang kira – kira sebesar lampu LED dari dalam roket ke sisi belakang planet Kepler 37b. Rencananya, bom atom tersebut akan ditanam disisi belakang planet agar nanti ketika diledakkan dengan remote control, hasil ledakkannya digunakan sebagai pendorong planet Kepler 37b menuju lubang cacing yang sekaligus juga menuju Bumi. Hasil ledakan dapat digunakan sebagai pendorong planet Kepler 37b karena ledakkan dapat mendorong suatu objek untuk bergerak, dan di luar angkasa tidak ada gaya gesek/gaya penghambat gerak sama sekali. Sehingga, objek yang didorong dapat bergerak translasi tanpa berhenti. Tetapi saat bertemu gaya gravitasi suatu planet, objek tersebut melambat akibat adanya gaya penghambat gerak yaitu gaya gravitasi suatu planet. Kembali ke cerita, Al dan Aziz yang sudah mendaratkan roket di sisi depan planet Kepler 37b, mulai berjalan menuju sisi belakang planet sambil membawa dua kantong berisi lima puluh buah pil bom atom dan sebuah remote control untuk mengaktifkan bom. Perjalanan sekitar tiga puluh menit waktu Bumi, dan akhirnya mereka sampai di sisi belakang planet.

              Mereka menaruh bom tersebut dengan jarak satu meter antara bom satu dengan lainnya membentuk pola seperti cincin berlapis. Setelah selesai menanam bom atom, mereka menuju roket untuk mengorbit kembali. Tiga puluh menit kemudian, mereka menaiki roket dan siap mengorbit mengelilingi planet Kepler 37b. Setelah meluncur, mereka mengaktifkan bom dengan remote control dan terjadilah ledakan dahsyat tetapi tidak menghasilkan suara karena di luar angkasa tidak ada medium yang dapat digunakan suara untuk merambat. Hasil ledakan tersebut memberikan kecepatan yang cukup agar planet Kepler 37b cepat sampai di Bumi. Lalu, Aziz dan Al mengendalikan roket untuk memutari planet Kepler 37b yang dimaksudkan untuk mengawalnya menuju Bumi. Planet Kepler 37b diperkirakan membutuhkan waktu empat jam untuk sampai di gerbang lubang cacing. Dalam perjalanan tersebut, Al kembali bertanya kepada Aziz, “Kenapa kita tidak mendarat di planet Kepler 37b itu saja? Kita kan bisa tidur atau jalan jalan”. “Jangan, itu terlalu berbahaya. Kita tidak bisa mendarat lagi di planet Kepler 37b karena hasil ledakan bom atom itu sudah menyebar radiasi di seluruh permukaan planet itu. Kau mau garis keturunanmu cacat permanen semua?” ungkap Aziz. “Tentu saja tidak. Baiklah, aku paham,” jawab Al.


            Empat jam kemudian, mereka dan planet Kepler 37b mulai memasuki lubang cacing. Saat di dalam lubang cacing, terjadi gejolak aneh pada planet Kepler 37b. “Ziz, lihat tuh. Kenapa planetnya bergejolak seperti balon karet?” tanya Al. “Ini tidak mungkin!!!” ungkap Aziz dengan serius. “Tak mungkin apanya Ziz?” tanya Al. “Planetnya sekarang bergejolak karena volumenya terlalu besar. Suatu benda yang bervolume besar atau memiliki ruang yang besar, dapat berinteraksi dengan lingkungan lubang cacing. Maksudnya adalah benda yang memiliki ruang besar, dapat berinteraksi dengan medan kontraksi dimensi ruang dan dimensi waktu pada lubang cacing. Maka dari itu planetnya bergejolak. Akibat dari medan kontraksi tersebut adalah planet Kepler 37b dapat menyusut sekitar 30%,” jelas Aziz. “Berarti jika menyusut, ukuran planet itu tidak sebesar Bulan? Berarti misi kita gagal dong?” tanya Al. “Yup, misi kita bisa gagal. Tetapi aku percaya misi ini akan berhasil. Kita berdoa saja kepada Allah SWT sang Maha Pencipta,” ungkap Aziz. “Ok,” balas Al. Setelah keluar dari lubang cacing, ternyata planet Kepler 37b menyusut sebesar 29%. Lalu, perjalanan planet Kepler 37b, Aziz, dan Al berlanjut menuju bumi dan membutuhkan waktu dua minggu untuk tiba disana. Tetapi, planet Kepler 37b memiliki kecepatan tetap dari sebelumnya karena pengaruh gravitasi planet Yupiter dan satelit alamnya tidak sampai mengenai planet Kepler 37b. Empat hari kemudian, mereka bertiga tiba di medan Asteroid yang Al dan Aziz takutkan kemarin. Setelah masuk di medan Asteroid, roket Al dan Aziz bergerak dengan kecepatan penuh untuk keluar dari medan Asteroid tersebut. 

               Dan lagi lagi, sebuah Asteroid menghantam salah satu roket pendorong hingga rusak. Berarti dari empat roket pendorong, tersisa dua roket pendorong. Akhirnya, Al dan Aziz dapat keluar dari medan Asteroid tersebut. Tetapi, planet Kepler 37b bergerak melambat akibat munculnya gaya gravitasi planet Kepler 37b yang menarik beratus – ratus asteroid besar, kecil, maupun sedang. Akhirnya planet Kepler 37b dapat keluar dari medan Asteroid. Kabar buruknya, planet Kepler 37b kecepatannya menurun hingga 50%. Dan kabar baiknya, akibat dihantam banyak asteroid, planet Kepler 37b melebar hingga 28% sehingga volumenya hampir sebanding dengan Bulan. “Alhamdulillah, sepertinya misi kita bisa berhasil Al karena planet Kepler 37b melebar sebesar 28%. Kita hanya harus mendorong planet Kepler 37b menuju Bumi. Kecepatannya menurun 50% dan masih bisa menurun lagi karena sedikit pengaruh dari gaya gravitasi planet Mars. Tapi tenang aja, planet Kepler 37b tidak tertarik dan tidak berevolusi terhadap planet Mars,” jelas Aziz. “Lalu, bagaimana cara kita mendorongnya Ziz?” tanya Al. “Aha!! Aku punya ide. Bagaimana jika kita tabrakkan roket ini dengan sisi belakang planet Kepler 37b? Lalu kita bisa mengevakuasikan diri kedalam kapsul penyelamat yang ditembakkan dari roket ini menuju Bumi sebelum roket bertabrakan.

              Hasil ledakkan roket ini sama seperti ledakkan satu bom atom, sehingga kecepatannya dapat bertambah,” jelas Aziz. “Ide yang bagus,” Al berkata dengan yakin. Lalu mereka menjalankan rencana mereka dengan penuh hati – hati. Mereka mula mula menggerakkan roket menuju daerah sekitar sisi belakang planet Kepler 37b, lalu dengan kecepatan penuh  menuju permukaan planet Kepler untuk bertabrakan. Sebelum sempat bertabrakan, kapsul penyelamat yang berisi Al dan Aziz sudah diluncurkan dengan arah menuju Bumi dengan arah lepas landas sekitar 100 dari garis vektor roket menuju planet Kepler 37b dan kecepatan kapsul yang melebihi kecepatan suara. Kapsul penyelamat bergerak seperti bola Rugby yang bergerak dengan cepat. “Semoga misi kita berhasil ya Ziz,” tawar Al. “Iya, semoga aja,” jawab Aziz. Akhirnya, kecepatan planet Kepler 37b bertambah sekitar 10% dan membantu planet Kepler 37b untuk bergerak menuju Bumi dengan waktu tempuh sekitar tiga minggu. Tetapi saat di daerah planet Mars, kecepatan planet Kepler 37b berkurang sekitar 0,5% dan menambah waktu tempuh sekitar dua hari dari semula. Sekitar dua minggu setelah peluncuran kapsul penyelamat, akhirnya Aziz dan Al mulai bergesekan dengan gravitasi Bumi dengan menuju ke arah lautan di selat Sunda. Setelah sampai di lautan yang terdapat di selat Sunda, Al dan Aziz di selamatkan oleh tim evakuasi laut & udara militer milik Indonesia. Al dan Aziz lalu dibawa ke kantor Badan Astronomi Indonesia (BAI). 

            Al dan Aziz lalu bertanya kepada ketua ISO yang ada di kantor BAI tentang penyebab kehancuran roket Soyuz milik Tisusia. Dan ternyata, roket Soyuz meledak akibat pada tempat penyimpanan bahan bakar untuk roket pendorong, lapisan pemisah antara gas Hidrogen Kriogenik dan Oksigen cair adalah cincin-O yang berbahan karet. Karet dapat mengeras jika pada suhu dingin sehingga dapat mencegah Hidrogen Kriogenik dan Oksigen cair bercampur dan bereaksi. Tetapi, akibat dekat dengan roket pendorong, suhunya meningkat sehingga karet tidak rapat. Sehingga gas Hidrogen Kriogenik dapat masuk ke ruang Oksigen cair, lalu bercampur dan bereaksi dan akhirnya meledak. Petugas ISO tersebut juga menambahkan bahwa sebelum pemberangkatan beberapa minggu lalu, roket Tisusia sudah disarankan agar mencari alternatif lapisan lain yang dapat rapat tapi juga dapat melentur lebar. Tetapi mereka menolak mencari alternatif lain karena faktor waktu yang sedikit. 

             Setelah beberapa minggu dari pertemuan tersebut, akhirnya planet Kepler 37b tiba di Bumi dan mulai berevolusi terhadap Bumi. Beberapa daerah terdampak anomali gravitasi sudah mulai normal, dan keadaan Bumi kembali seperti semula. Dan kabar baiknya, radiasi nuklir yang ada di permukaan planet Kepler 37b sudah hilang akibat kontraksi dimensi ruang & dimensi waktu beberapa minggu lalu di dalam lubang cacing. Yang biasanya Bulan  memancarkan sinar putih, sekarang satelit alam Bumi yang baru memancarkan sinar yang berwarna warni. Cahaya berwarna – warni tersebut disebabkan oleh faktor internal planet Kepler 37b. Dan masyarakat Indonesia berbangga hati karena memiliki “Super Hero” seperti Al dan Aziz.

Silahkan berikan komentar dan kritik anda dengan cara follow twitter saya dengan meng-klik icon pojok kiri atas layar anda atau berikan komentar di chat box.

Copyright 2015 Hanief Rifqi Murdaka

1 komentar:

  1. Baksobot.blogspot.com and this story made by Hanief Murdaka, the evidence is on follow button on top left this page

    BalasHapus