Suatu pagi di hari
sabtu pada tanggal 1 November 2014, seorang ibu membangunkan keluarganya untuk
sholat subuh pada pukul 03.58 WIB. Lekas semua keluarganya berangkat ke Masjid
dekat rumahnya untuk menunaikan sholat subuh berjama’ah dengan para warga.
Setelah sholat subuh, sang ibu segera mempersiapkan sarapan untuk sang anak
yang akan berangkat sekolah. Sang anak sangat bahagia dengan sarapan yang
dibuat oleh sang ibu, yaitu berupa nasi goreng berisi ceceran ayam goreng
dengan telur goreng yang rasa asinnya pas dan sangat menggugah selera.
Lekaslah
sang anak berangkat sekolah dan sang ibu mulai membersihkan seisi rumah. Di
sisi lain, sang ayah membaca koran pagi ditemani segelas jeruk hangat racikan
istrinya. Sang ayah membuka lembar demi lembar koran dan berhenti di satu
topik, satu halaman, dan satu berita. Berita tersebut memang kurang populer dan
dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun berita tersebut sangat bermakna
terhadap kelanjutan kehidupan di Bumi ini. Berita tersebut berisi bahwa
perputaran Bulan terhadap Bumi makin lama semakin menjauh dikarenakan kemampuan
gravitasi Bumi yang dapat menarik Bulan, semakin lama semakin menurun.
Kemampuan tarikan gravitasi Bumi semakin menurun disebabkan oleh alam semesta
ini dengan berjalannya waktu semakin mekar dan melebar.
Hal tersebut
menyebabkan jarak antara Bulan dan Bumi semakin menjauh. Dalam ilmu Fisika,
gravitasi Bumi dipengaruhi oleh jarak antara Bumi dengan Bulan yang mana
semakin jauh jarak antara Bumi dengan Bulan, maka gravitasi akan menurun.
Secara eksperimen, para ilmuwan telah membuktikan bahwa revolusi Bulan terhadap
Bumi semakin lama semakin menjauh. Eksperimennya, dengan menggunakan efek
Doppler gelombang cahaya matahari dan pergeseran merah Bulan. Dan dalam berita
koran pagi tersebut disebutkan bahwa kira – kira dalam waktu sekitar lima puluh
tahun lagi, Bulan akan terlepas dari jangkauan gravitasi Bumi. Disebutkan juga,
jika Bulan sudah lepas dari gravitasi Bumi, Bulan mungkin melayang keluar tata
surya atau hancur menabrak planet tetangga. Berarti jika peristiwa tersebut
terjadi, maka kehidupan di Bumi akan kacau.
7 Desember 2065, Indonesia baru – baru ini mengangkat
statusnya dari negara berkembang menjadi negara industri pada tanggal 25 November
2065. Seluruh warga Indonesia bersuka cita atas pencapaian tersebut, terutama
di kota Yogyakarta yang mengadakan pawai syukuran atas pencapaian tersebut di
jalanan Malioboro dan lapangan alun – alun Kraton Yogyakarta. Beragam tradisi
seperti pencak silat, gunungan, dan lain – lain menghiasi pawai di kota
Yogyakarta tersebut. Pesta rakyat tersebut digelar hingga pukul 23.00 WIB.
Namun, saat pesta rakyat tersebut telah usai dan para simpatisan pulang menuju
rumah masing – masing, Bulan purnama pada saat itu bergerak – gerak dan
bergejolak agak cepat dan hilang entah kemana. Suasana malam tersebut sangat
mengerikan dan gelap gulita. Bulan purnama yang tadi terlihat, hilang dengan
tiba – tiba digantikan oleh kegelapan langit malam.
Dan yang seharusnya
matahari terbit sekitar enam jam lagi, ternyata sekitar tiga jam kemudian
matahari terbit dengan polosnya. Banyak warga yang berteriak dan bertanya –
tanya, “Apa yang sebenarnya terjadi?”. Disisi lain dalam berita darurat milik
negara Indonesia di televisi, peristiwa alam Bulan yang hilang tersebut sudah
diperkirakan dari lima puluh satu tahun yang lalu. Sebenarnya Bulan tersebut
tidak hilang, melainkan pergi meninggalkan Bumi akibat gaya gravitasi Bumi yang
menurun. Hampir seluruh kehidupan di Bumi menjadi kacau, karena dengan tidak
adanya Bulan menyebabkan siklus hidup terganggu. Perginya Bulan mengakibatkan
kecepatan rotasi Bumi semakin cepat dan gravitasi Bumi menjadi kacau. Akibat
kecepatan rotasi Bumi yang semakin cepat, waktu jadwal makhluk hidup
mendapatkan sinar matahari dan respirasi saat malam menjadi kacau. Dalam berita
tersebut, pihak ISO (International Space Operation)
akan segera mengembalikan Bulan dengan cara apapun ke Bumi. Namun sepuluh jam
dari berita tersebut tersiar, seluruh warga dunia mendapatkan berita terbaru
bahwa Bulan sudah menabrak matahari dan hancur. Kondisi matahari tidak apa – apa, namun satu – satunya satelit bumi
sudah hancur dan belum ada penggantinya.
Lalu, IDF (International Defend Foundation) mengadakan rapat khusus bersama ISO untuk
berunding mengenai gejala alam yang baru pertama kali ini terjadi dan mencari
solusinya. Solusi dari rapat tersebut adalah mencari benda angkasa yang
memiliki ukuran dan massa yang sama seperti Bulan karena yang dibutuhkan dalam
normalisasi gejala alam ini adalah menggantikan Bulan. Namun, roket luar
angkasa di markas pusat ISO rusak berat akibat anomali gravitasi Bumi di daerah
markas besar ISO. Lalu, ISO mengajukan roket dari negara yang habis merdeka
yaitu Tisusia dan roket dari Indonesia untuk misi pencarian tersebut
dikarenakan tempat penyimpanan roket mereka berada di bawah tanah, tidak
seperti ISO yang menyimpan roketnya dalam gedung besar. Dan akhirnya Presiden Tisusia
dan Presiden Indonesia menyetujuinya dengan syarat harus dibantu ISO sebagai
navigasinya, dan pihak ISO pun setuju. Persiapan kedua tim tersebut, masing -
masing berada di Bonsil, Tisusia dan Yogyakarta, Indonesia.
Disisi lain, pihak ISO mulai mencari dan mendeteksi
manakah yang cocok sebagai pengganti Bulan nantinya. Ada usulan dari pengamat
luar angkasa Indonesia untuk mengambil satelit alam planet Yupiter, yaitu IO.
Alasannya ialah ukuran dan massa IO hampir sama dengan Bulan. Namun hal
tersebut ditolak secara halus dari pihak ISO dengan alasan dapat mempengaruhi
sistem kerja planet Yupiter dan tata surya. Dalam penjelasannya, menyebutkan
bahwa planet Yupiter memiliki enam puluh tujuh buah satelit alam termasuk IO
dan semua itu bekerja sesuai kebutuhan Yupiter yang merupakan planet raksasa
dan planet terbesar se-tata surya. Pihaknya melanjutkan bahwa diambilnya salah
satu satelit alam planet Yupiter mengakibatkan anomali gravitasi di Yupiter
sama persis yang terjadi di Bumi saat ini. Jika anomali tersebut terjadi,
mungkin antar satelit alam di Yupiter saling bertabrakan dan hancur. Hal
tersebut dapat berpotensi pula dengan kegiatan Yupiter mengitari matahari, dan
memungkinkan Yupiter bertabrakan dengan planet di dekatnya.
Setelah beberapa jam tanpa ada satupun manusia yang tidur,
pihak ISO menemukan benda angkasa yang cocok sebagai pengganti Bulan yang
berada diluar tata surya, tepatnya berjarak ± 215 juta tahun cahaya dari Bumi. Benda
angkasa itu berupa planet yang bernama Kepler 37b. Pihak ISO memilihnya
dikarenakan bentuk, ukuran, dan massanya hampir sama seperti Bulan. Sebelum tim
dari Indonesia dan Tisusia pergi kesana, pihak ISO memberangkatkan modul Orion
yang berada dalam roket kecil yang merupakan satu satunya roket yang tidak
rusak akibat anomali gravitasi. Dalam modul Orion tersebut, berisi robot khusus
pengintai, perekam, dan penganalisis. Robot tersebut berfungsi untuk melihat
dan menganalisan keadaan planet Kepler 37b dan kondisi jalan menuju ke planet
tersebut. Modul Orion pertamakali sukses uji cobanya pada bulan April tahun 2020
menuju ke planet Mars. 9 Desember 2065, ISO meluncurkan modul Orion menuju
planet Kepler 37b. Memang jika orang awam meragukan apakah Orion bisa sampai
planet kepler 37b karena jarak 215 juta tahun cahaya itu sangatlah jauh. Maksud
dari 215 juta tahun cahaya adalah kemampuan cahaya dapat sampai ke tujuan
tertentu dengan waktu yang dibutuhkan 215 juta tahun. Tetapi pihak ISO dapat
mematahkan keraguan tersebut dengan di deteksinya lubang cacing yang dapat
meringkas perjalanan dari 215 juta tahun cahaya menjadi satu jam dalam waktu
bumi. Dalam peluncurannya, saat roket telah mulai mengorbit, modul Orion keluar
dari roket lalu pergi menuju arah lubang cacing. Sedangkan roketnya melayang –
layang di luar angkasa.
Dalam perjalannya, Orion sangat stabil dan tidak ada
kekacauan sama sekali. Orion bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan suara
sehingga perjalanan Bumi ke Yupiter dapat ditempuh beberapa jam saja. Namun
saat tiba di medan Asteroid yang terletak antara planet Yupiter dan planet
Mars, modul Orion dihantam Asteroid hingga meledak. Misi pengintaian ISO pun
gagal. ISO pun memberitahukan pemerintah Tisusia dan Indonesia atas gagalnya
misi pengintaian tersebut. Para ilmuwan dunia menyampaikan aspirasinya lewat
surat kabar bahwa jika tak segera diatasi, anomali gravitasi bumi makin melebar
dan parah. Selang beberapa jam kemudian, telah terpilih tim astronot dari
Negara Tisusia maupun Negara Indonesia. Dari negara Tisusia, yang terpilih
adalah Sytev Oleg dan Krakov Kalov. Dan dari Indonesia terpilih Rifqi Aziz dan
Al Ghifari. Rencananya dari masing masing roket, mereka akan berangkat besok
dengan selang waktu beberapa jam. Negara Tisusia menggunakan roket Soyuz yang
sudah diperbarui dan di modifikasi dan berbahan bakar Hidrogen Kriogenik dan
Oksigen cair. Sedangkan Indonesia menggunakan roket bermesin RS-25 yang
menggunakan bahan bakar yang sama dengan roket milik Tisusia.
10 Desember 2065, perwakilan Negara Tisusia berangkat
terlebih dahulu pada pukul 06.00 waktu Bonsil, lalu disusul perwakilan Negara
Indonesia yang berangkat pada pukul 19.00 WIB. Setelah mengorbit di luar
angkasa, roket Indonesia bergerak menuju lubang cacing didekat planet Yupiter
dengan kecepatan penuh. Baik roket Indonesia dan roket Tisusia memiliki
kecepatan yang sama dengan modul Orion yang sudah diluncurkan kemarin. Dalam waktu
beberapa jam, roket Indonesia telah sampai di medan Asteroid antara planet Mars
dengan planet Yupiter yang mana disanalah titik kehancuran Modul Orion. Saat
disitulah, Aziz dan Al mengalami rasa tegang dengan terus berdoa dan meminta
perlindungan Tuhan supaya tidak dihantam Asteroid. Al dan Aziz berdoa bersama
kepada Allah SWT agar diberi keselamatan dan mulai bekerja sama agar terhindar
dari hantaman Asteroid. “Ziz, persediaan bahan bakar dan Oksigen untuk bernafas
tinggal berapa? Dan bagaimana keadaan roket?” kata Al. “Masih cukup untuk lima
bulan kedepan dan keadaan roket hanya bagian kulit roket yang habis bergesekan
dengan Asteroid. Masih OK kok,” jawab Aziz. Mereka pun sudah hampir selesai
melewati medan Asteroid tersebut. Dan akhirnya mereka keluar juga dari medan Asteroid
yang berbahaya tersebut. Tetapi kesenangan tersebut terampas begitu saja. Bagian
salah satu roket pendorong mati akibat terhantam Asteroid kecil. Sekarang roket
pendorong yang tersisa hanya tiga buah, dan perjalanan pun berlanjut.
Tiga jam kemudian, roket milik Indonesia telah sampai
didaerah sekitar planet Yupiter dan segera menuju lubang cacing yang berada
didekat planet Yupiter. Akhirnya mereka tiba di lubang cacing tersebut dan
segeralah mereka memasukinya. Didalam lubang cacing, suasana di sekitarnya
bagaikan efek cahaya lampu abstrak yang penuh dengan warna. Karena waktu yang
diperlukan untuk menembus lubang cacing ke akhir tujuan sekitar sepuluh menit,
akhirnya Al dan Aziz saling bercakap – cakap. “Ziz, kira – kira cahaya yang
bentuknya seperti lukisan abstrak dan bergerak cepat tanpa henti itu apa ya?”
tanya Al. “Itu adalah gejala alami hasil kontraksi antara dimensi ruang dan
dimensi waktu dimana cahaya matahari yang masuk terpengaruh kontraksi dimensi
ruang dan waktu,” jelas Aziz. “Oh, begitu,” ungkap Al. Akhirnya mereka keluar
dari lubang cacing tersebut dan segera
menuju planet Kepler 37b. Perjalanan dari lubang cacing ke planet Kepler 37b
membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Dalam perjalanan, Al & Aziz melihat bermacam
– macam planet dan bintang yang indah dan berwarna - warni . Tetapi mereka
terkejut akan sesuatu yang mereka lihat sekitar timur laut dari posisi mereka
sekarang. “Apakah itu.......,” ungkap Al dengan ketidakpercayaan atas apa yang
ia lihat. “Iya,” jawab Aziz. Dan ternyata yang mereka lihat adalah puing –
puing roket Soyuz milik Tisusia yang hancur tanpa sebab. Padahal didaerah itu
tidak ada Komet, Meteor, dan benda angkasa lain yang bergerak cepat. “Segera
laporkan ke pangkalan pusat atas hancurnya roket milik Tisusia itu!” perintah
Aziz. “Baik,” jawab Al. Beberapa menit kemudian setelah mengirimkan berita duka
tersebut, pangkalan pusat menjawab Al dan Aziz bahwa mereka harus menyelesaikan
misinya dan kehancuran roket Soyuz tersebut sedang diselidiki. Lalu, Aziz dan
Al melanjutkan perjalanan mereka menuju planet Kepler 37b. Dan akhirnya mereka
tiba di planet Kepler 37b dan mendarat dengan selamat. Setelah mendarat, mereka
menelpon pangkalan pusat dan menanyakan apa yang harus mereka lakukan. Mereka
mendarat di sisi depan planet Kepler 37b yang mana sisi tersebut adalah sisi
planet yang menghadap langsung kepada lubang cacing.
Dan pangkalan pusat menjawab
bahwa mereka harus membawa lima puluh buah bom atom berbentuk pil yang kira –
kira sebesar lampu LED dari dalam
roket ke sisi belakang planet Kepler 37b. Rencananya, bom atom tersebut akan
ditanam disisi belakang planet agar nanti ketika diledakkan dengan remote control, hasil ledakkannya
digunakan sebagai pendorong planet Kepler 37b menuju lubang cacing yang
sekaligus juga menuju Bumi. Hasil ledakan dapat digunakan sebagai pendorong
planet Kepler 37b karena ledakkan dapat mendorong suatu objek untuk bergerak,
dan di luar angkasa tidak ada gaya gesek/gaya penghambat gerak sama sekali.
Sehingga, objek yang didorong dapat bergerak translasi tanpa berhenti. Tetapi
saat bertemu gaya gravitasi suatu planet, objek tersebut melambat akibat adanya
gaya penghambat gerak yaitu gaya gravitasi suatu planet. Kembali ke cerita, Al
dan Aziz yang sudah mendaratkan roket di sisi depan planet Kepler 37b, mulai
berjalan menuju sisi belakang planet sambil membawa dua kantong berisi lima
puluh buah pil bom atom dan sebuah remote
control untuk mengaktifkan bom. Perjalanan sekitar tiga puluh menit waktu
Bumi, dan akhirnya mereka sampai di sisi belakang planet.
Mereka menaruh bom
tersebut dengan jarak satu meter antara bom satu dengan lainnya membentuk pola
seperti cincin berlapis. Setelah selesai menanam bom atom, mereka menuju roket
untuk mengorbit kembali. Tiga puluh menit kemudian, mereka menaiki roket dan
siap mengorbit mengelilingi planet Kepler 37b. Setelah meluncur, mereka
mengaktifkan bom dengan remote control
dan terjadilah ledakan dahsyat tetapi tidak menghasilkan suara karena di luar
angkasa tidak ada medium yang dapat digunakan suara untuk merambat. Hasil
ledakan tersebut memberikan kecepatan yang cukup agar planet Kepler 37b cepat
sampai di Bumi. Lalu, Aziz dan Al mengendalikan roket untuk memutari planet
Kepler 37b yang dimaksudkan untuk mengawalnya menuju Bumi. Planet Kepler 37b diperkirakan
membutuhkan waktu empat jam untuk sampai di gerbang lubang cacing. Dalam
perjalanan tersebut, Al kembali bertanya kepada Aziz, “Kenapa kita tidak
mendarat di planet Kepler 37b itu saja? Kita kan bisa tidur atau jalan jalan”.
“Jangan, itu terlalu berbahaya. Kita tidak bisa mendarat lagi di planet Kepler
37b karena hasil ledakan bom atom itu sudah menyebar radiasi di seluruh
permukaan planet itu. Kau mau garis keturunanmu cacat permanen semua?” ungkap
Aziz. “Tentu saja tidak. Baiklah, aku paham,” jawab Al.
Empat jam kemudian, mereka dan planet Kepler 37b mulai
memasuki lubang cacing. Saat di dalam lubang cacing, terjadi gejolak aneh pada
planet Kepler 37b. “Ziz, lihat tuh. Kenapa planetnya bergejolak seperti balon
karet?” tanya Al. “Ini tidak mungkin!!!” ungkap Aziz dengan serius. “Tak
mungkin apanya Ziz?” tanya Al. “Planetnya sekarang bergejolak karena volumenya
terlalu besar. Suatu benda yang bervolume besar atau memiliki ruang yang besar,
dapat berinteraksi dengan lingkungan lubang cacing. Maksudnya adalah benda yang
memiliki ruang besar, dapat berinteraksi dengan medan kontraksi dimensi ruang
dan dimensi waktu pada lubang cacing. Maka dari itu planetnya bergejolak.
Akibat dari medan kontraksi tersebut adalah planet Kepler 37b dapat menyusut
sekitar 30%,” jelas Aziz. “Berarti jika menyusut, ukuran planet itu tidak
sebesar Bulan? Berarti misi kita gagal dong?” tanya Al. “Yup, misi kita bisa
gagal. Tetapi aku percaya misi ini akan berhasil. Kita berdoa saja kepada Allah
SWT sang Maha Pencipta,” ungkap Aziz. “Ok,” balas Al. Setelah keluar dari
lubang cacing, ternyata planet Kepler 37b menyusut sebesar 29%. Lalu,
perjalanan planet Kepler 37b, Aziz, dan Al berlanjut menuju bumi dan
membutuhkan waktu dua minggu untuk tiba disana. Tetapi, planet Kepler 37b
memiliki kecepatan tetap dari sebelumnya karena pengaruh gravitasi planet
Yupiter dan satelit alamnya tidak sampai mengenai planet Kepler 37b. Empat hari
kemudian, mereka bertiga tiba di medan Asteroid yang Al dan Aziz takutkan kemarin.
Setelah masuk di medan Asteroid, roket Al dan Aziz bergerak dengan kecepatan
penuh untuk keluar dari medan Asteroid tersebut.
Dan lagi lagi, sebuah Asteroid
menghantam salah satu roket pendorong hingga rusak. Berarti dari empat roket
pendorong, tersisa dua roket pendorong. Akhirnya, Al dan Aziz dapat keluar dari
medan Asteroid tersebut. Tetapi, planet Kepler 37b bergerak melambat akibat
munculnya gaya gravitasi planet Kepler 37b yang menarik beratus – ratus
asteroid besar, kecil, maupun sedang. Akhirnya planet Kepler 37b dapat keluar
dari medan Asteroid. Kabar buruknya, planet Kepler 37b kecepatannya menurun
hingga 50%. Dan kabar baiknya, akibat dihantam banyak asteroid, planet Kepler
37b melebar hingga 28% sehingga volumenya hampir sebanding dengan Bulan.
“Alhamdulillah, sepertinya misi kita bisa berhasil Al karena planet Kepler 37b
melebar sebesar 28%. Kita hanya harus mendorong planet Kepler 37b menuju Bumi.
Kecepatannya menurun 50% dan masih bisa menurun lagi karena sedikit pengaruh
dari gaya gravitasi planet Mars. Tapi tenang aja, planet Kepler 37b tidak
tertarik dan tidak berevolusi terhadap planet Mars,” jelas Aziz. “Lalu,
bagaimana cara kita mendorongnya Ziz?” tanya Al. “Aha!! Aku punya ide.
Bagaimana jika kita tabrakkan roket ini dengan sisi belakang planet Kepler 37b?
Lalu kita bisa mengevakuasikan diri kedalam kapsul penyelamat yang ditembakkan
dari roket ini menuju Bumi sebelum roket bertabrakan.
Hasil ledakkan roket ini
sama seperti ledakkan satu bom atom, sehingga kecepatannya dapat bertambah,”
jelas Aziz. “Ide yang bagus,” Al berkata dengan yakin. Lalu mereka menjalankan
rencana mereka dengan penuh hati – hati. Mereka mula mula menggerakkan roket
menuju daerah sekitar sisi belakang planet Kepler 37b, lalu dengan kecepatan
penuh menuju permukaan planet Kepler
untuk bertabrakan. Sebelum sempat bertabrakan, kapsul penyelamat yang berisi Al
dan Aziz sudah diluncurkan dengan arah menuju Bumi dengan arah lepas landas
sekitar 100 dari garis vektor roket menuju planet Kepler 37b dan
kecepatan kapsul yang melebihi kecepatan suara. Kapsul penyelamat bergerak
seperti bola Rugby yang bergerak
dengan cepat. “Semoga misi kita berhasil ya Ziz,” tawar Al. “Iya, semoga aja,”
jawab Aziz. Akhirnya, kecepatan planet Kepler 37b bertambah sekitar 10% dan
membantu planet Kepler 37b untuk bergerak menuju Bumi dengan waktu tempuh
sekitar tiga minggu. Tetapi saat di daerah planet Mars, kecepatan planet Kepler
37b berkurang sekitar 0,5% dan menambah waktu tempuh sekitar dua hari dari
semula. Sekitar dua minggu setelah peluncuran kapsul penyelamat, akhirnya Aziz
dan Al mulai bergesekan dengan gravitasi Bumi dengan menuju ke arah lautan di
selat Sunda. Setelah sampai di lautan yang terdapat di selat Sunda, Al dan Aziz
di selamatkan oleh tim evakuasi laut & udara militer milik Indonesia. Al
dan Aziz lalu dibawa ke kantor Badan Astronomi Indonesia (BAI).
Al dan Aziz
lalu bertanya kepada ketua ISO yang ada di kantor BAI tentang penyebab
kehancuran roket Soyuz milik Tisusia. Dan ternyata, roket Soyuz meledak akibat
pada tempat penyimpanan bahan bakar untuk roket pendorong, lapisan pemisah
antara gas Hidrogen Kriogenik dan Oksigen cair adalah cincin-O yang berbahan karet.
Karet dapat mengeras jika pada suhu dingin sehingga dapat mencegah Hidrogen
Kriogenik dan Oksigen cair bercampur dan bereaksi. Tetapi, akibat dekat dengan
roket pendorong, suhunya meningkat sehingga karet tidak rapat. Sehingga gas
Hidrogen Kriogenik dapat masuk ke ruang Oksigen cair, lalu bercampur dan
bereaksi dan akhirnya meledak. Petugas ISO tersebut juga menambahkan bahwa
sebelum pemberangkatan beberapa minggu lalu, roket Tisusia sudah disarankan
agar mencari alternatif lapisan lain yang dapat rapat tapi juga dapat melentur
lebar. Tetapi mereka menolak mencari alternatif lain karena faktor waktu yang
sedikit.
Setelah beberapa minggu dari pertemuan tersebut, akhirnya planet
Kepler 37b tiba di Bumi dan mulai berevolusi terhadap Bumi. Beberapa daerah terdampak
anomali gravitasi sudah mulai normal, dan keadaan Bumi kembali seperti semula. Dan
kabar baiknya, radiasi nuklir yang ada di permukaan planet Kepler 37b sudah
hilang akibat kontraksi dimensi ruang & dimensi waktu beberapa minggu lalu
di dalam lubang cacing. Yang biasanya Bulan
memancarkan sinar putih, sekarang satelit alam Bumi yang baru
memancarkan sinar yang berwarna warni. Cahaya berwarna – warni tersebut
disebabkan oleh faktor internal planet Kepler 37b. Dan masyarakat Indonesia
berbangga hati karena memiliki “Super
Hero” seperti Al dan Aziz.
Silahkan berikan komentar dan kritik anda dengan cara follow twitter saya dengan meng-klik icon pojok kiri atas layar anda atau berikan komentar di chat box.
Copyright 2015 Hanief Rifqi Murdaka
Copyright 2015 Hanief Rifqi Murdaka
Baksobot.blogspot.com and this story made by Hanief Murdaka, the evidence is on follow button on top left this page
BalasHapus